RESENSI
KATEGORI : NOVEL
OLEH
:
Fatimah Zahro Khasanah
K5416019
Senja, Hujan & Cerita yang Telah
Usai
Judul : Senja, Hujan & Cerita
yang Telah Usai
Pengarang : Boy Candra
Penerbit : mediakita
Tahun terbit
: 2015
Tahun
cetak/ke : 2016 ke7
Jumlah
halaman: 300
Jenis
kertas : kuning buram
Kenangan
adalah sesuatu yang terkadang menjelma jadi pisau, menusuk jantung paling
dalam. Namun, tak jarang adalah hal yang mendatangkan rindu di kala hujan dan
senja. Selalu ada pelajaran atas segala perasaan, meski terkadang tak tersampaikan.
Dalam novel
ini kamu akan merasakan bagaimana rasanya harus tegar ketika dilukai,
dikhianati, dan diabaikan. Tetap melangkah ketika terpuruk demi masa depan yang
lebih baik, indahnya di mabuk cinta dan memperjuangkannya hingga melupakan
segalanya.
Hujan selalu
menahan mereka untuk bersama lebih lama. Hingga mereka sering berdoa agar hujan
turun lebih lama agar mereka terkurung dan memiliki alasan untuk tidak perlu
kemana-mana. Merka percaya saat bersama apapun terasa lebih hangat bahkan
betapa dinginnya hujan yang turun. Mereka selalu ingin menikmati hujan dan
membunuh waktu sehingga waktu berjalan lebih lambat, agar bisa saling menatap
lebih lama, menikmati segala hal yang ada saat bersama membuat hidup ini lebih
berarti dan perlu karna hujan dan wanita tersebut adalah kenangan yang tak
pernah lupuk dari ingatan pria ini.
Namun, kini
seolah sedih dan hujan adalah teman sejalan. Pria ini tak lagi bisa memeluk si
wanita saat hujan turun. Meski setiap kali hujan turun, pria selalu bisa menemukan
si wanita dalam ingatannya. Hal yang akhirnya sulit membuat pria merelakan si
wanita bahkan dalam ingatan. Kini hujan tak lagi semenyenangkan saat bersama.
Hanya turun dengan rasa rindu yang berakhir pilu.
Pahamilah,
setiap orang yang berkasih sayang akan mengalami hal yang sama. Hanya saja, ada
yang melalui dengan baik, ada yang tidak. Akan ada fase ketika dua orang yang
ditimpa masalah, mereka harus terpisah. Ingat harus dengan cara yang baik ya!.
Sebab, kita mulai dan menjalaninya dengan awal yang baik walau ada yang berfikir
membenci seseorang adalah cara terbaik untuk melupakan. Namun, perlu diketahui
bahwa rasa benci seringkali tidak pernah menuntaskan apa pun. Bahkan, rasa
benci melahirkan beban baru di kepala kita.
Untuk apa
membenci seseorang yang pernah begitu kita cintai? Kalau saja dengan membenci
kita malah menjadi lebih tidak tenang. Biarlah dia berlalu, dengan
menganggapnya sebagai kenangan. Semuanya akan menjadi lebih baik. Tidak perlu
ada dendam, meski memaafkan mungkin begitu sulit. Lakukan saja pelan-pelan. Hingga
suatu hari nanti, tanpa terasa berat lagi, tanpa perlu membenci. Kita sudah
sampai pada titik: ternyata saya sudah tidak mencintainya lagi. Dan katakan:
Aku juga bisa melupakanmu.
Novel ini
bertema romans, alurnya campuran. Alur flashback nya agak sulit dimengerti. Penokohan
dalam novel ini hanya melalui perumpamaan aku dan kamu. Sehingga ada bagian
yang membingungkan, apakah "Aku" sebagai si penulis atau siapa pada
sub judul "Aku Tidak Pernah Benar-Benar Bahagia Melihatmu dengannya"?.
Penambahan di akhir cerita memasukan karakter sang Ayah dari wanita yang dicintai
pria tersebut.
Dapat
digunakan untuk panduan dalam menghadapi kisah cinta yang tragis, memberi pandangan
bahwa ikhlas memaafkan lebih menenangkan jiwa dari pada benci tak ada ujungnya.
Cocok dibaca untuk umur 17 tahun keatas.
Simpulan :
Kita boleh melihat
masa lalu hanya sekedar untuk mengenang, tapi jangan lupa jalan pulang. Sebab,
setelah petualang panjang ke masa lalu, kamu harus menjadi lebih baik. Dan
mulailah menata rindu yang baru. Katakan
kepada masa lalu :
Mantap
BalasHapusBagus
BalasHapus