Senin, 10 Oktober 2016

KENANGAN

RESENSI
 
KATEGORI     : NOVEL
OLEH               : 
Fatimah Zahro Khasanah
K5416019




 Senja, Hujan & Cerita yang Telah Usai







Judul                   : Senja, Hujan & Cerita yang Telah Usai
Pengarang          : Boy Candra
Penerbit               : mediakita
Tahun terbit        : 2015
Tahun cetak/ke  : 2016 ke7
Jumlah halaman: 300
Jenis kertas        : kuning buram

         Kenangan adalah sesuatu yang terkadang menjelma jadi pisau, menusuk jantung paling dalam. Namun, tak jarang adalah hal yang mendatangkan rindu di kala hujan dan senja. Selalu ada pelajaran atas segala perasaan, meski terkadang tak tersampaikan.

        Dalam novel ini kamu akan merasakan bagaimana rasanya harus tegar ketika dilukai, dikhianati, dan diabaikan. Tetap melangkah ketika terpuruk demi masa depan yang lebih baik, indahnya di mabuk cinta dan memperjuangkannya hingga melupakan segalanya.

       Hujan selalu menahan mereka untuk bersama lebih lama. Hingga mereka sering berdoa agar hujan turun lebih lama agar mereka terkurung dan memiliki alasan untuk tidak perlu kemana-mana. Merka percaya saat bersama apapun terasa lebih hangat bahkan betapa dinginnya hujan yang turun. Mereka selalu ingin menikmati hujan dan membunuh waktu sehingga waktu berjalan lebih lambat, agar bisa saling menatap lebih lama, menikmati segala hal yang ada saat bersama membuat hidup ini lebih berarti dan perlu karna hujan dan wanita tersebut adalah kenangan yang tak pernah lupuk dari ingatan pria ini.

       Namun, kini seolah sedih dan hujan adalah teman sejalan. Pria ini tak lagi bisa memeluk si wanita saat hujan turun. Meski setiap kali hujan turun, pria selalu bisa menemukan si wanita dalam ingatannya. Hal yang akhirnya sulit membuat pria merelakan si wanita bahkan dalam ingatan. Kini hujan tak lagi semenyenangkan saat bersama. Hanya turun dengan rasa rindu yang berakhir pilu.
Pahamilah, setiap orang yang berkasih sayang akan mengalami hal yang sama. Hanya saja, ada yang melalui dengan baik, ada yang tidak. Akan ada fase ketika dua orang yang ditimpa masalah, mereka harus terpisah. Ingat harus dengan cara yang baik ya!. Sebab, kita mulai dan menjalaninya dengan awal yang baik walau ada yang berfikir membenci seseorang adalah cara terbaik untuk melupakan. Namun, perlu diketahui bahwa rasa benci seringkali tidak pernah menuntaskan apa pun. Bahkan, rasa benci melahirkan beban baru di kepala kita.

         Untuk apa membenci seseorang yang pernah begitu kita cintai? Kalau saja dengan membenci kita malah menjadi lebih tidak tenang. Biarlah dia berlalu, dengan menganggapnya sebagai kenangan. Semuanya akan menjadi lebih baik. Tidak perlu ada dendam, meski memaafkan mungkin begitu sulit. Lakukan saja pelan-pelan. Hingga suatu hari nanti, tanpa terasa berat lagi, tanpa perlu membenci. Kita sudah sampai pada titik: ternyata saya sudah tidak mencintainya lagi. Dan katakan: Aku juga bisa melupakanmu.

        Novel ini bertema romans, alurnya campuran. Alur flashback nya agak sulit dimengerti. Penokohan dalam novel ini hanya melalui perumpamaan aku dan kamu. Sehingga ada bagian yang membingungkan, apakah "Aku" sebagai si penulis atau siapa pada sub judul "Aku Tidak Pernah Benar-Benar Bahagia Melihatmu dengannya"?. Penambahan di akhir cerita memasukan karakter sang Ayah dari wanita yang dicintai pria tersebut.
Dapat digunakan untuk panduan dalam menghadapi kisah cinta yang tragis, memberi pandangan bahwa ikhlas memaafkan lebih menenangkan jiwa dari pada benci tak ada ujungnya. Cocok dibaca untuk umur 17 tahun keatas.

Simpulan :
      Kita boleh melihat masa lalu hanya sekedar untuk mengenang, tapi jangan lupa jalan pulang. Sebab, setelah petualang panjang ke masa lalu, kamu harus menjadi lebih baik. Dan mulailah menata rindu yang baru. Katakan kepada masa lalu : 



2 komentar: