RESENSI
KATEGORI : NOVEL
OLEH
:
Edi Setiawan
K5416015
NOVEL MOTIVASI ISLAMI
Judul : Negeri 5 Menara
Pengarang : Ahmad Fuadi
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama ( Jakarta )
Tahun
terbit : 2009
Halaman
: 432 halaman
Kategori : Novel ( Religi, Edukasi, Roman )
Harga :
Rp 50.000,00,
Ukuran
Novel : 20 x 13,5 cm
Bahasa : Indonesia
Alif lahir
di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya
adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain sepak bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau
Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam
melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin
dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah
hati dia mengikuti perintah Ibunya, belajar di pondok.
Di kelas hari pertamanya di
Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan mantera sakti “man jadda wa jada”. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran
mendengar komentator sepak bola berbahasa
Arab, anak mengigau dalam bahasa Inggris, merinding
mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan
melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara. Dipersatukan oleh hukuman
jewer berantai, Alif berteman
dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara
masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap
awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu
menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda
ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah
remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Melihat dan
Mendengar atas segala upaya hambanya.
Tema
yang diusung oleh penulis berhasil membuat banyak orang ingin
tahu lebih dalam tentang dunia pesantren bukan hanya bagi kalangan muslim, tetapi juga
kalangan non-muslim. Penelusuran jejak-jejak pesahabatan dan pencapaian cita-cita
diramu dalam kisah inspiratif sekaligus melibatkan petualangan, religi, dan wawasan
yang mengesankan.
Alur
yang digunakan membuat pembaca tidak bosen dan semakin penasaran dengan
bagaimana kehidupan pondok pesantren. Diawali dengan tokoh
utama (Alif Fikri) yang berkilas
balik dari ingatannya akan masa silam ketika menimbah ilmu di Pondok Madani
hingga membuahkan hasil yang menyenangkan dimasa kini. Penyajian jalan cerita yang sangat bagus dan
menarik, membuat pembaca sulit menebak peristiwa yang terjadi selanjutnya,
sehingga membuat pembaca penasaran serta mengundang antusias pembaca untuk
membaca novel ini terus dan terus.
Tokoh
tokoh yang di suguhkan oleh pengarang dalam novel sangatlah inspiratif serta
mempunyai jiwa yang besar. Kepribadian positif yang digambarkan dalam cerita
memberikan pesan moral yang berlandaskan akidah yang kuat dan baik bagi
pembacanya.
Kelemahan dari Novel Negeri 5
Menara adalah Klimaks cerita kurang menonjol singga para pembaca merasa
dinamika klimaks cerita yang sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca
merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Hal ini mungkin disebakan
karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dari pengalaman pribadi sang penulis, sehinnga penulis
tidak ingin melebih-lebihkannya.
Novel ini sangat cocok dibaca oleh pelajar yang sedang mencari
jati diri. Karena novel ini berkisah tentang generasi muda
bangsa yang penuh motivasi, bakat, semangat, dan optimisme untuk maju dan tidak
kenal menyerah. Yang demikian itu merupakan pelajaran yang amat berharga bukan
saja sebagai karya seni, tetapi juga tentang psoses pendidikan dan pembudayaan
untuk terciptanya sumberdaya insani yang handal. Ahmad Fuadi sebagai penulis mengelola nostalgia
menjadi novel yang menyentuh sekaligus menjadi diskusi kritis yang bersimpatik
tentang pendidikan kehidupan.
Tapi harga
buku yang cukup mahal bagi kantong pelajar membuat kurangnya minat pelajar terhadap buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar